This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Kamis, 12 Juli 2012

Danau Poso

Danau Poso



Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Poso. Danau ini merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km.
Danau ini terletak pada ketinggian 657 m. Danau Poso merupakan salah satu Danau terindah di dunia dengan Pasir putih yang terdapat pada tepi sampai di Dasar Danau. Danau poso terletak di Kecamatan Pamona Utara dengan ibu kota Tentena. Ada beberapa keunikan Danau ini yang dapat dinikmati oleh para Visitor antara lain : Ikan Mujair, Nilam, Lele, Ikan Mas dsb. Tetapi yang paling unik adalah Ikan Sugili yang sekarang populasinya hampir punah yang disebabkan oleh semakin bertambahnya penduduk dan mungkin juga disebabkan karena dibangunnya Mega proyek PLTA Sulewana yang berperan sangat besar dalam memutuskan Mata Rantai perkembangbiakan jenis Ikan langka ini. Menurut kisah bahwa pada saat-saat ikan ini akan berkembangbiak, mereka akan melakukan Migrasi ke muara sungai yang bertemu dengan air laut dan selanjutnya ketika anak-anak sugili menanjak dewasa, mereka akan kembali ke danau. Tetapi ketika Mega Proyek PLTA dibangun diantara Poso dan Tentena maka secara otomatis sistem perkembangbiakan populasi Sugili yang hanya dapat terjadi secara alamaiah inipun mengalami masalah besar, sehingga keberlangsungan populasi ikan ini dalam waktu dekat diprediksi akan mengalami stop atau mengalami kepunahan seperti populasi ikan bungu populasi khas Danau Poso yang tidak lagi dapat dijumpai. Disamping itu terdapat fenomena alam yang berbau mistis yaitu Lampu Danau yang merupakan salah satu keunikan juga sewaktu-waktu dapat disaksikan pada waktu malam hari.

Rumah Adat Sul_Teng

Rumah Adat Sul_Teng



Rumah adat atau rumah tradisional khas Sulawesi Tengah adalah Souraja, yakni bangunan rumah tradisional yang merupakan tempat tinggal para bangsawan. Souraja juga sering disebut Banua Mbaso atau rumah besar yakni rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Meskipun demikian sebagian besar rumah rakyat serupa dengan Souraja, hanya bentuk dan ukurannya.

Rabu, 11 Juli 2012

"DUI" Kuliner Khas Sul_Teng


"DUI" Kuliner Khas Sul_Teng







Bagi Masyarakat Bungku Kab Morowali sulawesi tengah dan sekitarnya, menyantap Dunui merupakan tradisi kuliner turun temurun, Dinui dari kata “Dui” dalam bahasa bungku yang berarti Sumpit atau lidi atau batang kecil yang berbentuk panjang, diambilnya  kata Dui dalam perbendaharaan kuliner ini, karena masakan khas dunui biasanya di sajikan kepiring dengan menggunakan “Dui” diputar-putar dan disajikan dipiring .
Di banyak daerah makanan sejenis ini memiliki nama yang berbeda beda, di papua orang mengenalnya sebagai Papeda, di luwuk sulawesi selatan, orang mengenalnya dengan nama kapurung, di bungku sendiri makanan khas ini menjadi santapan spesial, apalagi jika ada keluarga yang dari jauh datang, maka dunui menjadi simbol makanan penyambutan, atau moment-moment kekeluargaan lainnya.
Akhir-akhir ini dunui kurang begitu di populerkan dalam ranah kuliner masyarakat bungku, ibu-ibu PKK dari Bungku dan sekitarnya, kurang mensosialisasikan makanan khas ini, agar dikenal secara nasional dan internasional, padahal pohon sagu di daerah ini betebaran sepanjang garis dataran Bungku.
Sekedar Informasi bahwa makanan khas Dunui terbuat dari tepung sagu Atau di bungku di sebut Rombia. Biasanya Dunui diolah dari tepung sagu Segar Maupun Sagu kering, namun pilihan terbaik adalah sagu segar, mengingat teksturnya yang masih lembut.
Mengolah sagu menjadi dunui perlu keterampilan khusus, banyak orang yang mencoba membuatnya, akan tetapi biasanya Dunuinya menjadi terlalu lembek, proporsi air panas dan sagunya harus sesuai, bahkan temperatur air panasnya juga harus disesuaikan, bisa jadi Dunuinya akan “lore” istilah masyarakat bungku bagi dunui yang terlalu encer dan sangat panas.
Makanan khas dunui akan lebih mantap disantap disiang hari, apalagi dicampur dengan ikan kuah kuning dan sayur daun singkong.

Selasa, 03 Juli 2012

morowali, sulawesi tengah


Wisata Alam Morowali,Sulawesi Tengah

Danau Tiu


Kabupaten Morowali menyimpan potensi wisata alam yang tak kalah dengan daerah lainnya di Sulawesi Tengah, salah satu diantaranya adalah Danau Tiu yang terletak di kecamatan Petasia, kabupaten Morowali , Danau ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata utama di Kabupaten tersebut namun belum terpromosikan dengan baik, tak heran bila nama danau ini masih terdengar asing bahkan oleh masyarakat Morowali sendiri.
Suku Wana



Karakteristik budaya “Masyarakat Adat Wana” menawarkan persentuhan alami yang sungguh-sungguh eksotis. Selama ini Masyarakat Adat Wana menjadi salah satu target kunjungan wisatawan asing dan lokal. Kesederhanaan dan cara pandang tentang alam (pengale) menyebabkan mereka masih memegang teguh adat istiadat. Tersebar dalam wilayah mukim di Posangke, Kayupoli, dan Kajumarangka dengan kemampuan mobilitas luas (peladang berpindah dengan sistem rotasi), memiliki seni yang tinggi dalam wujud kerajinan rotan, seni membuat sumpit sebagai alat berburu dengan budaya hidup berupa Momago dan Momata yang terpelihara baik hingga sekarang
Teluk Tomori


Potensi Teluk Tomori juga menjadi andalan utama dimana pantai dan gugusan pulau-pulau menawarkan keindahan khas wisata bahari. Pantai Kolonodale dengan perairan laut yang tenang karena gugusan pegunungan disertai kitaran pemukiman penduduk menjadi pemandangan tersendiri dalam melihat dinamika sosial budaya masyarakat Kolonodale. Belum lagi pulau-pulau dengan pantai pasir putihnya yang mencuap ditengah gelombang laut. Hamparan mangrove serta jajaran pemukiman nelayan seperti dipulau Tokonanaka, Lapangga, Tanjung Tante, Tanjung Poso, Kosa dan Gililana, gugusan karst yang berdiri kokoh ditengah laut semakin memperindah suasana pantai.
CAGAR ALAM MOROWALI



Cagar Alam Morowali (CAM) luasnya 225.000 Ha terletak di Kabupaten Morowali. CAM berfungsi sebagai pelindung hutan tropis di Pulau Sulawesi. Ekosistem yang ada dalam kawasan lindung beranekaragam mulai dari pantai, hutan mangrove, hutan alluvial dataran rendah, hutan rawa, hutan pegunungan dan hutan lumut pada ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini juga memiliki danau dan tiga sungai utama.
*Sumber Dinas Kebudayaan & Pariwisata Sulteng

COTO MAKASSAR


Mengenal Coto Makassar

Anda pernah makan Coto Makassar atau nggak pernah sama sekali?? :), namun anda tidak tahu gimana munculnya Coto Makassar tersebut, malu dong orang Sulwasei Selatan nggak tau sejaranya, heeheeh :), Anda tidak menyesal dehh kalo udah baca dapat ilmu pengetahuan lagi.Yuk Simak!!!

Keberadaan Coto Makassar diawal kemunculannya masih menjadi pertanyaan besar, dimana dan sejak kapan coto makassar ini pertama kali di hidangkan. Coto makassar sendiri merupakan hidangan yang tergolong seni ketata bogaan yang sangat tinggi, yang tergolong sebagai makanan rakyat biasa atau umum. Namun coto makassar ini pula sering menjadi hidangan bagi kalangan istana di kerajaan Gowa dahulu.

Coto Makassar diduga pula telah ada sejak Somba Opu (pusat Kerajaan Gowa) berjaya pada tahun 1538 hingga terhidangkan dalam bentuk warung-warung yang ada sekarang dibeberapa pinggiran jalan. Sajian coto makassar diduga terpengaruh pula oleh makanan cina yang telah datang di abad 16, ini terlihat dari sambal yang digunakan yakni sambal tao-co merupakan bagian dari ketata bogaan Cina yang mempengaruhi budaya ketata bogaan Makassar.

Hidangan coto makassar ini, dalam aliran modern digolongkan sebagai hidangan sup. Bila dalam tradisi sejarah masyarakat Eropa yang muncul pada era sebelum revolusi industri di Inggris, sup disandingkan dengan roti sebagai pengganjal perut di malam hari. Maka Coto Makassar juga telah menjadi makanan bagi para pengawal kerajaan untuk mengisi perut di subuh hari sebelum bertugas dipagi harinya.