Pages

Rabu, 11 Juli 2012

"DUI" Kuliner Khas Sul_Teng


"DUI" Kuliner Khas Sul_Teng







Bagi Masyarakat Bungku Kab Morowali sulawesi tengah dan sekitarnya, menyantap Dunui merupakan tradisi kuliner turun temurun, Dinui dari kata “Dui” dalam bahasa bungku yang berarti Sumpit atau lidi atau batang kecil yang berbentuk panjang, diambilnya  kata Dui dalam perbendaharaan kuliner ini, karena masakan khas dunui biasanya di sajikan kepiring dengan menggunakan “Dui” diputar-putar dan disajikan dipiring .
Di banyak daerah makanan sejenis ini memiliki nama yang berbeda beda, di papua orang mengenalnya sebagai Papeda, di luwuk sulawesi selatan, orang mengenalnya dengan nama kapurung, di bungku sendiri makanan khas ini menjadi santapan spesial, apalagi jika ada keluarga yang dari jauh datang, maka dunui menjadi simbol makanan penyambutan, atau moment-moment kekeluargaan lainnya.
Akhir-akhir ini dunui kurang begitu di populerkan dalam ranah kuliner masyarakat bungku, ibu-ibu PKK dari Bungku dan sekitarnya, kurang mensosialisasikan makanan khas ini, agar dikenal secara nasional dan internasional, padahal pohon sagu di daerah ini betebaran sepanjang garis dataran Bungku.
Sekedar Informasi bahwa makanan khas Dunui terbuat dari tepung sagu Atau di bungku di sebut Rombia. Biasanya Dunui diolah dari tepung sagu Segar Maupun Sagu kering, namun pilihan terbaik adalah sagu segar, mengingat teksturnya yang masih lembut.
Mengolah sagu menjadi dunui perlu keterampilan khusus, banyak orang yang mencoba membuatnya, akan tetapi biasanya Dunuinya menjadi terlalu lembek, proporsi air panas dan sagunya harus sesuai, bahkan temperatur air panasnya juga harus disesuaikan, bisa jadi Dunuinya akan “lore” istilah masyarakat bungku bagi dunui yang terlalu encer dan sangat panas.
Makanan khas dunui akan lebih mantap disantap disiang hari, apalagi dicampur dengan ikan kuah kuning dan sayur daun singkong.

0 komentar:

Posting Komentar